Jumat, 07 Februari 2014

Tak Hanya Surga Bagi Kupu-Kupu


Udara lembab dan sejuk terasa menyentuh kulit. Sengaja saya bangun pagi-pagi untuk menikmati suasana sejuk di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Teks dan Foto: Debora Blandina Sinambela dan istimewa

Cahaya matahari baru menyentuh puncak-puncak perbukitan kapur yang menjulang mengelilingi taman. Rasanya benar-benar seperti berada ditengah hutan. Dari balik pepohonan rimbun, suara satwa-satwa liar sahut menyahut. Sesekali kawanan monyet menampakkan diri, bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain.

Taman nasional ini berada di Kota Makassar, tepatnya di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dari pusat Kabupaten Maros, perjalanan menuju kawasan wisata alam Bantimurung kami tempuh sekitar 15 km atau kurang lebih 40 km dari kota Makassar. Perjalanan ini tak memakan waktu cukup banyak, tidak lebih dari satu jam.

Taman Nasional ini merupakan salah satu tujuan wisata andalan yang menawarkan wisata alam berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis. Taman ini terletak pada gugus pegunungan karts atau kapur terbesar kedua di dunia setelah Cina. Pegunungan kapur terkenal dengan bentuk stalaktit dan stalakmit yang indah. Di taman ini, kita juga menemukan air terjun serta gua yang merupakan habitat beragam spesies termasuk kupu-kupu.

Seorang ahli Botani dari Inggris Alfred Russel Wallace menjuluki Bantimurung sebagai The Kingdom of Butterfly atau kerajaan kupu-kupu. Menurutnya di lokasi ini terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu. Kupu-kupu memang menjadi daya tarik utama Taman Nasional ini.

Ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah. Beberapa spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Troides Helena Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana. Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan ini untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu.

Sebagai kerajaan kupu-kupu, tentu tak susah menemukan kupu-kupu ditempat ini. Kupu-kupu dengan bermacam bentuk akan lalu lalang dan hinggap disetiap bunga-bunga sekitar taman. Di gerbang selamat datang terdapat replika kupu-kupu dengan ukuran besar. Di dekat pintu keluar banyak berjejer pernak-pernik, gantungan kunci, serta pajangan dengan kupu-kupu yang diawetkan. Kupu-kupu ini merupakan kupu-kupu yang mati di penangkaran. Ada juga yang sengaja di tangkap dan merupakan jenis kupu-kupu yang tidak dilindungi. Kupu-kupu di Bantimurung sangat dijaga ekosistem serta populasinya oleh undang-undang. Bahkan ditengah taman sengaja dibangun museum khusus kupu-kupu dengan bermacam spesies.

Air Terjun

Selain menjadi surga bagi sejumlah satwa, Taman Nasional seluas 43.750 ha ini menawarkan potensi alam yang tak kalah menarik. Salah seorang petugas taman menjelaskan bahwa masyarakat berkunjung ke taman ini juga untuk menikmati derasnya air terjun serta berpetualang menyusuri gua-gua dalam taman.

Air terjun Bantimurung memiliki lebar 20 meter dan tinggi 15 meter. Airnya yang jernih dan sejuk meluncur dari atas gunung batu dengan deras sepanjang tahun. Di bawah curahan air terjun terdapat sebuah tempat pemandian dari landasan batu kapur yang keras dan tertutup lapisan mineral akibat aliran air selama ratusan tahun.

Kedalaman air di pemandian ini antara mata kaki hingga ke pinggang. Namun di musim penghujan, deras air bisa bertambah pun dengan kedalamannya. Airnya juga jadi lebih keruh. Arus deras air yang mengalir di sisi bebatuan inilah yang dimanfaatkan pengunjung berarung jeram menggunakan ban karet.

Ban bisa disewa seharga Rp 10- Rp 20 ribu. Arung jeram sangat diminati setiap pengunjung apalagi ketika air berarus deras. Kalau anda memang berani, bisa rasakan sensasinya berteriak, tertawa, bahkan menangis kesakitan kalau terbentur batu. Pengunjung yang berada di hilir biasanya akan bersorak, memberi tepuk tangan atau menertawakan anda jika ban karet anda terbalik. Efek setelah mencoba ada dua, yaitu ketagihan atau tidak akan pernah mencoba lagi.

Di sebelah kiri air terjun terdapat tangga beton setinggi 10 meter yang merupakan jalan menuju dua gua yang ada di sekitar air terjun, yaitu Gua Mimpi dan Gua Batu. Namun kami memilih menyusur gua Batu. Untuk mencapai mulut gua, kita harus berjalan kaki sekitar 800 meter dari air terjun masuk ke dalam hutan. Sebelum masuk goa ada baiknya menyewa senter atau lampu petromax sebagai penerangan menyusur lorong goa yang gelap.

Untuk masuk ke dalam goa cukup berjuang melewati tanah licin dan batuan sempit. Sesekali kita juga harus merangkak masuk keruang dalam goa. Di bagian dalam Goa dihiasi stalagmit dan stalaktit dengan bentuk-bentuk yang indah. Goa ini pun tak lepas dari cerita-cerita mistis. Nama lain dari Goa ini adalah Goa Jodoh. Pengunjung yang percaya biasanya akan membawa pasangan yang ingin dinikahi lalu memanjatkan doa di dalam goa. Di sudut Goa juga terdapat sebuah tempat bertapa raja Bantimurung. Lalu ada sumber air tawar konon jika digunakan membasuh muka akan awet muda.

Goa ini juga merupakan makam dari Raja Bantimurung yang pernah memerintah di wilayah Maros dan sekitarnya. Namun tak ada informasi lain soal makam ini. Hanya dari pintu masuk, saya melihat sebuah bentuk makam yang dipagar dan ditutup dengan kain. Inilah yang dipercaya sebagai makam sang Raja. Segala unsur mistis yang melekat dengan goa ini kembali kepada kita mau percaya atau tidak. Hanya ketika masuk Goa disarankan untuk menjaga kesopanan.

Kalau anda kebetulan berkunjung ke kota Makassar, tak rugi singgah ditempat ini. Taman Nasional Bantimurung juga dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti permainan flying fox, mesjid, rumah sewaan, kolam renang atau jika ingin merasakan suasana piknik dengan hamparan tikarpun tersedia. Jadi taman nasional ini tak hanya surga bagi kupu-kupu, namun juga surga bagi anda penikmat wisata alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar