
Ini hanyalah pandangan secara umum.
Kenyataannya, tak semua orang Batak bisa bernyanyi.
Awal April 2012, saya berkesempatan
mengikuti pelatihan Jurnalistik di Kota Daeng, Makassar. Pelatihan Jurnalistik
tingkat lanjut yang pesertanya berasal
dari lembaga Pers di sejumlah kota. Teringat sebuah pertanyaan peserta dari Bandung
saat saya menyebut asal dari Medan ditambah embel-embel Marga. “Kamu pasti jago
nyayikan?” katanya menodong. Spontan saya menggeleng karena memang tak pintar
nyanyi. “Biasanya orang Batak pintar nyayi”, ujarnya lagi.
Kalau di pikir-pikir tak salah ia
berpendapat demikian. Faktanya banyak orang batak punya kemampuan lebih dalam olah vokal.Tidak bermaksut sombong atau
membanggakan suku. Coba tengok dalam beberapa ajang pencarian bakat, generasi
muda Batak cukup memberi kontribusi positif.
Siapa yang tak kenal Judika Sihotang,
Joy Tobing, Firman Siagian. Atau para Legendaris seperti Jack Marpaung dengan
suara yang garang, Rita Butar-Butar yang kualitas vokalnya disandingkan dengan
Celine Dion, atau Lea Simanjuntak yang diakui dunia dengan karakter suara yang
unik.
Atau tak usah jauh-jauh melihat ke sana,
coba anda amati sekitar tempat tinggal anda. Kebiasaan bernyanyi memang sudah
melekat sebagai identitas orang Batak. Jika lokasi tempat tinggal Anda dekat lapo tuak, pasti paham apa yang saya
maksut. Lapo tuak biasanya salah satu
tempat pemuda/orangtua Batak unjuk kebolehan suara mereka.Kualitas suara dengan
range vokal yang terkenal tinggi,
membuat setiap tembang yang disuarakan bagai sebuah perpaduan yang memiliki
karakter kuat.
Namun apa yang membuat kemampuan orang
batak lebih dalam olah suara? Dilihat dari latar belakang budayanya, sudah sejak
dahulu orang batak gemar Mangandung (bersenandung).
Magandung digunakan untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan dengan irama. Andung,
dikenal bukan hanya ratapan karena kematian, kepedihan hati, penyesalan dan
kebahagiaan. Andung sudah menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ada yang disebut andung paragat (andung penyadap nira), andung parmahan ( gembala kerbau), dan andung parhaminjon (penyadap kemenyan).
Selain dari kebiasaan, dilihat dari kondisi geografis tempat tinggal orang Batak pun memang mempengaruhi kualitas vokal ini. Beberapa ahli sosiolog percaya bahwa letak Geografis Tanah Batak di Tapanuli dengan kawasan pegunungan beriklim sejuk memberi pengaruh besar.
Rumah antara penduduk berjauhan jaraknya. Sehingga jika tak berteriak atau bersuara keras, kemungkinan orang tidak dengar. Nah, akibat hal inilah orang Batak diyakini berproses secara alamiah memiliki suara khas dengan Range vokal tinggi.
Kemampuan vokal ini memang didukung beragam hal. Mulai dari kebiasaan dalam masyarakat Batak membuat sering bernyayi. Kondisi geografis yang memepengarihi fisiologis pita suara hingga kemampuan ini disempurnakan di lingkungan agama. Namun ini hanya pandangan secara umum. Kenyataannya tak semua orang Batak bisa bernyanyi. Saya Batak dan Tak Bisa bernyanyi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus