Kamis, 06 Maret 2014

You Have the Way, Get and Walking on It....



Coba kita lihat apa yang kudapat hari ini?
Hahah….mungkin kau bosan aku selalu memulai segala sesuatunya dengan bertanya. Oke baiklah, kenapa aku bertanya karena aku ingin tahu. Ingin tahu banyak hal, segala sesuatunya yang ada aku ingin pertanyakan. Kenapa dunia ini seperti ini? Apa yang ada diotak tiap-tiap orang? Apa setiap orang itu baik dan tulus? Apa tujuan hidup ini?kenapa kita harus hidup? Cinta itu apa? Apa yang kurasakan sekarang?

Ada banyak-banyak pertanyaan yang muncul dan akan selalu muncul diotakku. Namun inti dari semuanya adalah aku ingin tahu. Jujur, setiap kali aku bertanya serasa ada seuatu yang ingin keluar dari dalam diriku. Ingin menunjukkan dan menyatakan bahwa ia ada. Ada sesuatu yang selama ini kupendam. Apakah aku memendam diriku selama ini, diriku yang sebenarnya. Siapakah aku?

Aku selalu merindukan yang namanya kedamaian. Merindukan cinta, kasih sayang, keindahan dan ketenangan. Ditengah hiruk-pikuk dunia sekarang, bisakah aku mendapatkannya? Aku dituntut untuk ikut mobile, jika ingin sukses tentunya. Tahu tidak apa yang dunia jadikan tolok ukur kesuksesan? Ya mobilitas. Bentar dia udah di Amerika, bentar lagi di Jepang, bentar lagi udah nongol di Papua, eh bentar lagi udah dirumah bersama anak dan keluarga. Itukah tolok ukur kesuksesan?atau itu hanya bentuk kesuksesan yang terbentuk diotakku. Entahlah…

Aku teringat sebuah cerita ketika aku renungan pagi. Ada dua orang anak mendaki gunung lollipop. Kalau gunung terbanyang akan banyak pohon, maka disini coba gantikan pohon, bunga rumput dengan lollipop. Aku harap kau tak terlalu susah membayangkannya, seperti kita di negeri dogeng ya. Oke, jadi si dua anak tadi berjalan menuju puncak bukit. Si anak yang satu mencapai puncak lebih dulu dengan tergesa-gesa. Keranjangnya penuh sekali, tapi di merasa begitu letih.

Si anak kedua, justru belum terlihat muncul dipuncak. Dia masih asyik mengumpulkan lollipop beraneka macam. Sembari ia mengumpulkan lollipop, ada seekor kupu-kupu muncul atau burung-burung kecil mengitarinya. Ia menyempatkan diri menari bersama mereka. Atau jika ia merasa lelah, ia beristirahat sebentar, memandang indah senja dari lereng bukit, atau menatap bulan dan bintang. Indah sekali. Semakin ia lihat semua, semakin dia bersyukur atas apa yang ia lihat dan rasakan. Lalu apa yang bisa kita ambil?

Menjadi manusia ambisius hanya meninggalkan rasa lelah. Tak bisa menikmati keindahan-keindahan kecil disekitar kita. Kita mungkin akan cepat mencapai puncak kesuksesan, memiliki semuanya. Tapi bahagiakah kita dengan itu? Apakah kita punya cerita indah yang akan kita ceritakan selain bagaimana cepatnya kita mencapai puncak itu? Menceritakan berapa banyak yg kita dapat? Itukah bahagia? Hidup untuk mengumpulkan dan setelah itu lelah?

Atau menjadi manusia yang menikmati setiap jalannya. Memang lambat sih, hasilnya tak langsung muncul tiba-tiba. Namun selama dalam perjalanan ada banyak cerita, ada banyak syukur dan ada banyak kenyataan yang membuka mata. Ada seyum, tawa, atau bahkan tangis. Kita menikmati itu bukan? Pada akhirnya selain mendapat hasil kita mendapat cerita dan jadi pelajaran hidup. Kita menggapai puncak dengan kepuasan ganda, kepuasan materi dan batin. Lantas kita mau jadi yang mana? Saya ingat apa kata “Coach” saya, hidup ini untuk bahagia. Pilihlah jalan yang membuatmu bahagia, You have the way. Get in and walking on it.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar