Jumat, 20 Juli 2012

Bunga Ramadhan



  Pemandangan tak asing lagi kalau pedagang musiman muncul saat Jelang Ramadhan. Namun bagaimana cerita kalau anak-anak sekolah memanfaatkan kesempatan ini dengan berjualan bunga sembari mengisi liburan sekolah mereka.

 Dua orang gadis kecil buru-buru lari menemui seorang bapak yang hendak ziarah. Deru motornya belum juga mati, dua gadis kecil tadi sudah sibuk menawarkan dua kantong plastik. Isinya plastik berupa bunga tabur  yang dibungkus dengan daun pisang.

“Ini pak, bunganya pak, bunganya....!” ujar salah seorang gadis.

“Bunganya pak,bunganya..... !” Ujar gadis kecil lain tak mau kalah menawari. Namun si Bapak tak beli satupun bunga mereka. “Enggak dek...!” jawab si bapak sambil mengangkat kedua tangan setinggi dada. Dua gadis kecil tadi pun meninggalkan si bapak, mencari peziarah lain.

 Kedua gadis itu adalah Sri Warda Handayani (13) dan Putri (10). Mereka anak-anak kecil penjual bunga di sekitar pekuburan di jalan Halat, Medan. Sri tercatat sebagai siswa kelas 1 di SMP Mamiai. Sri sendiri sudah jualan bunga sejak kamis lalu (12/7).

  Tiap hari Sri jualan bunga mulai jam tujuh pagi hingga pukul tujuh malam. Ia membantu orangtuanya menjajakan bunga-bunga kepada peziarah yang hendak berziarah. “Sekali-sekali mau bantu orangtua’’, Ujar Sri tersenyum. Tiap jelang  Ramadhan, Sri mengaku selalu jualan bunga. Sejak tiga tahun lalu ia ikut bantu orang tua jualan bunga.

  Untuk setiap bunga bungkusan, Sri menjualnya seharga Rp 1500 - 2000/ bungkus. Tiap hari pendapatan Sri tak menentu, melihat jumlah pengunjung. Biasanya kalau pengunjung banyak, Sri bisa laku banyak. Kalau tidak, Sri hanya bisa berpuas seadanya. Rata-rata uang hasil penjualan bunga sebanyak Rp 100 ribu- Rp 300 ribu.

  Namun satu hari menjelang Ramadhan, pengunjung tak sebanyak biasanya. Ditayai berapa penghasilan hari ini, Sri tak mau nyebut nominalnya.”Gak sebanyak kemaren kak, ini udah hari terakhir jualan bunga”, kata Sri.

  Sementara Putri, tak satu pun bunga yang ia jajakan terjual. Padahal ini hari pertama Putri jualan bunga. “Capek kak, gak ada laku!”, ujar gadis yang masih kelas 5 di SD Negeri 107405 Sei Rotan.

  Ada juga Tika, siswa kelas 2 SMP Iraswasta. Sudah delapan hari Tika Jualan Bunga. Tika memanfaatkan liburan sekolahnya untuk membantu orang tua sekaligus menambah uang jajan. “Kalau libur biasanya gak dikasih uang jajan, makanya jual bunga biar dapat jajan”, kata Tika. Selain itu dengan jualan bunga, ia juga bisa dapat teman-teman baru. “Di sini lebih 20 anak-anak yang jualan bunga. Bisa jadi temanan sama mereka”, tambah Tika.

Beberapa anak memang terlihat memanfaatkan liburan untuk membantu orang tua. Bahkan ada yang berusaha sendiri memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Misalnya Yunasril, anak kelas 6 SD 060824 Medan Area ini mengaku ingin membeli perlengkapan sekolah seperti tas, sepatu, dan baju. “Mama belum beli perlengkapan sekolah,” ujar anak ke sepuluh dari sepuluh bersaudara ini.

 Tak mudah bagi anak-anak ini menjajakan bunga mereka.  Panas terik, arus lalu lintas yang ramai menjadi ancaman yang mengintai  saat berusaha menjajakan bunga-bunga mereka. Belum lagi rasa kecil hati yang mereka rasakan saat di tolak pembeli. “paling sedih itu pas ditolak”, kata Tika.

Selain itu mereka juga harus berhadapan dengan pedagang lain yang merasa tersaingi. Ada yang mau dijambak, disenggak atau di usir penjual bunga lain kalau mereka jual lebih murah. “Aku jual empat lima ribu, trus langsung mau dijambak sama ibu-ibu lain yang jualan bunga. Katanya jualannya bisa gak laku”, cetus Sri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar