Selasa, 30 April 2013

Karakter Abadi Sang Gentelement Thief

Debora Blandina Sinambela

Saat ia masih hidup, orang mengira ia mati. Saat ia benar-benar mati, ternyata ia tetap hidup dan abadi dalam sejumlah karya.

   Ernest William Hornung adalah penulis sekaligus jurnalis era 1890an yang berasal dari kota Yorkshire, Inggris. Kalau bukan karena saudara iparnya, Sir Athur Conan Doyle – pencipta tokoh Sherlock Holmes -- mungkin ia tidak akan terpikir menciptakan sosok Arthur J. Raffles sebagai tokoh dalam cerita berserinya. Petualangan Raffles sebagai pencuri kelas atas terangkum dalam empat novel, The Amateur Cracksman, The Black Mask Raffles: Further Adventures of the Amateur Cracksman, A Thief in the Night, dan Mr. Justice Raffles.

Seperti halnya Sherlock Holmes punya Dr. Watson sebagai asistennya, Raffles juga punya kawan beraksi Harry Bunny Manders. Naas, akhir dalam novel pertama, mereka tertangkap mencuri di kapal Jerman. Bunny dijebloskan ke penjara sementara Raffles memilih terjun ke laut dan dikabarkan mati tenggelam. Rupanya Laut Mediterania tak mampu mengakhiri kisah sang gentelement thief. Ia bertemu dengan dokter Theobald yang murah hati. Theobald merawatnya di sebuah flat di Earl’s Court. Dimatanya, pria yang ia rawat bernama Mr. Marturin, pria tua penyakitan asal Australia yang berharap bisa mati di Inggris dan tidak mengenal siapapun di kota itu.

Di sebuah loteng panas, seorang pria muda dengan reputasi terpuruk yang baru saja bebas dari penjara seolah menemukan harapan baru dari iklan di surat kabar Daily Mail. Iklan itu berisi pencarian perawat pria dan pendamping tetap untuk seorang bangsawan tua dengan kesehatan memburuk. Alamat yang tertulis di iklan itu adalah sebuah flat di Earl’s Court. Rencana ini sudah disusun sedemikian apiknya oleh Raffles untuk menemukan kembali kawan lamanya. Inilah awal pertemuan kembali Raffles dan Bunny.

Dalam buku seri kedua ini, disela-sela mereka dengan identitas palsu sebagai perawat pria dengan lelaki tua penyakitan, petualangan mereka sebagai pencuri profesional dimulai dengan kejadian-kejadian dramatik saat beraksi. Karakter Raffless sebagai anti-hero pada masa Victoria Inggris tak semata mencuri hanya untuk uang saja. Menjelang ulang tahun ratu, Ia menjarah British Museum, mengambil piala emas karya St. Agnes berusia lima ratus tahun. Piala emas ini pernah jadi milik pangeran Henry ke delapan dan Ratu Elizabeth. Saat masyarakat Inggris heboh dengan kehilangan ini, tepat di hari ulang tahun sang Ratu, Raffles mengirimnya sebagai kado yang dibungkus dalam kotak biskuit merek Huntley & Palmer.

Rupanya aksi ini membawa Raffles bertemu kembali dengan musuh lamanya, Count Corrbucci. Count ikut bertanggungjawab atas kematian Faustina, perempuan yang digambarkan lebih indah dari Dewi Aphrodite. Perempuan yang kerap ia temui di kuil kecil atau gua dibawah tangga. Kekasihnya. Faustina berontak saat ia dipaksa menikah dengan Stefano, anak buah Corrbucci. Akhirnya mereka membunuh Faustina dan Raffles membunuh Stefano. Sejak hari itu, Coorrbucci mencari Raffles untuk membunuhnya. Satu menit saja Bunny terlambat, keinginan Corrbucci tentu sudah jadi kenyataan. Dengan mulut tersekap dan tangan terikat, sang gentelement thief dibuat tak berdaya dihadapan pistol. Pelatuknya terhubung dengan jam yang diseting tepat jam akan menembus kepala Raffles tepat jam 12.00. Beruntung Bunny berhasil menolongnya.

Raffles juga selalu berhasil memanfaatkan kesetian dan loyalitas Bunny. Meski Raffles kerap menghina Bunny yang lebih sering tak berdosa. Raffles memang seorang pencuri, tapi ia tetap beretika dan cerdas dalam setiap aksinya. Kira-kira begitulah sosok yang ingin ditampilkan Hornung dalam setiap aksi Raffles. Ia seolah tak bertanggungjawab atas kematian beberapa orang yang memang punya karakter tercela. Raffles seolah seperti pahlawan yang berhasil menyingkirkan penjahat. Seperti saat pertarungan dramatiknya dengan Lord Ernest Belville, bangsawan usia 40 tahun yang juga seorang pencuri. Ia mengagumi sosok Raffles. Rupanya Raffles menjarah tempat tinggal Lord Ernest dan ketahuan. Terjadi adegan dramatik dan Lord Ernest tejatuh dari atap flatnya dan meninggal.

Bagian paling menarik dalam novel ini saat Rafles dan Bunny memutuskan menjadi sukarelawan untuk perang Boer. Raffles pernah mengalahkan seorang jutawan Afrika, pemain crikcet Profesional, Kelompok Commora, mendiang Lord Ernest Belville dan Scotland Yard. Ada beban moralitas ia rasakan dengan perbuatan itu dan kondisi perang yang memburuk membuatnya ikut berjuang.

Dalam Novel ini, petualangan Raffles berujung di medan perang. Ia tewas tertembak. Sementara Bunny terluka parah. Kematiannya seolah menebus diri dari kegiatan kriminal di mata kedua Bunny dan pembaca. Secara fisik, ia memang tewas.Namun karakternya tetap hidup. Tokoh Raffles banyak mengilhami penulis, menjadikan Raffles tokoh kriminal dalam ceritanya.

Ada banyak Film dan parodi memakai tokoh Raffles. Kemampuan Hornung menyumbang isi dan bentuk cerita Raffles dan membuatnya sukses sebagai tokoh sastra. Ketenaran Raffles menonjol dengan nama "Raffles" melahirkan istilah pencuri "gentleman". Produser Simon Brett bilang ini adalah sebuah penghargaan linguistik. Hornung berhasil menggabungkan begitu baik pertentangan tindakan kriminalitas dan nilai moralitas. Bahkan seolah membuat sosok Raffles abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar